Naskah lomba pidato persiapan POPDA Seni 2016 tingkat Kecamatan
SD Negeri Gandrungmangu 05
Oleh: Tri Utami
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Yang terhormat segenap dewan juri, yang saya hormati bapak dan ibu
guru, serta rekan-rekanku yang berbahagia.
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang tak
henti-hentinya memberikan hidayah dan kenikmatan sehingga kita dapat berkumpul
pada kesempatan kali ini dalam keadaan sehat dan tak kurang suatu apapun.
Sholawat serta salam tak lupa kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita keluar dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang ini.
Hadirin yang berbahagia, pada kesempatan kali ini izinkanlah saya
untuk menyampaikan pidato yang berjudul “Bahasaku Cermin Bangsaku”. Rekan-rekan
siapa yang tau makna bahasa? Bahasa merupakan alat komunikasi masyarakat yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia. Setiap kelompok masyarakat memiliki bahasa sebagai
identitasnya, termasuk suku bangsa dan suatu negara. Suku Jawa memiliki Bahasa
Jawa, Suku Sunda memiliki Bahasa Sunda, Negara Inggris memiliki Bahasa Inggris
dan tentunya Negara Indonesia memiliki Bahasa Indonesia.
Hadirin yang saya hormati, ingatkah mengenai sebuah peristiwa
sejarah yang terjadi di Bulan Oktober 1928? Sebuah peristiwa yang terjadi 87
tahun lalu telah menghantarkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa
ini, peristiwa ini bernama Sumpah Pemuda. Janji bangsa Indonesia yang tercermin
dalam sumpah pemuda poin ke-3 untuk “Menjunjung tinggi bahasa persatuan yaitu bahasa
Indonesia. Sejak saat itulah Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Nasional yang
berlaku di seluruh penjuru bangsa dari Sabang sampai Merauke.
Hadirin yang berbahagia, pepatah megatakan “Bahasa adalah Cermin
Bangsa”. Secara sepintas, peribahasa ini terlihat sangat sederhana dan
terdengar biasa saja. Namun, apa makna yang sebenarnya tersirat dalam
peribahasa tersebut? Kita umpamakan mengambil sebuah cermin untuk berkaca, apa
yang terlihat pada cermin tersebut? Diri kita sendiri, wajah yang cantik, wajah
yang ganteng, badan yang tinggi, badan yang gemuk, rambut yang panjang dan
sebagainya. Lalu bagaimana sebuah bahasa dapat bercermin? Cermin apakah yang
digunakan? Sekalipun kita mencari ke negeri seberang tak akan pernah kita bawa
cermin itu pulang, karena ia ada pada diri dan bangsa sendiri kita. Jadi secara
singkat dapat kita artikan bahwa cara masyarakat menggunakan bahasa dapat menunjukkan jati diri, pola pikir,
kebiasaan, sifat khusus, dan kecerdasan seseorang. Kalimat tersebut didukung
oleh pernyataan Covey, seorang pakar psikologi yang menyatakan bahwa suatu
ucapan yang merupakan hasil bekerjanya lidah dan bibir dapat terlahir sebagai
hasil dari proses berfikir seseorang.
Hadirin yang berbahagia, perlu kita ketahui bahwa di zaman sekarang
ini terjadi krisis bahasa di Negara Indonesia. Menurut rekan-rekan apa yang
menyebabkan terjadinya krisis bahasa tersebut? Ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya krisis bahasa di negara kita antara lain karena adanya
pengaruh globalisasi. Di tengah era globalisasi, eksistensi bahasa Indonesia
sebagai bahasa tanah air perlahan-lahan mulai terancam. Misalnya adanya
penggunaan bahasa asing yang dicampur-adukan dengan bahasa Indonesia, seperti
“maaf yaa just kidding”, “hai temanku how are you”. Selain
penggunaan bahasa asing, ada juga bahasa gaul yang mulai masuk ke pedesaan.
Misalnya penggunaan kata “gue” sebagai pengganti saya dan “loe”
sebagai pengganti kamu. Contohnya, “eh loe udah makan belum?”, “masa bodoh,
gue kagak mikirin”.
Hadirin yang berbahagia, kembali pada pepatah bahasa cermin bangsa
dapat kita simpulkan betapa pentingnya
peran Bahasa Indonesia dalam menunjukkan jati diri bangsa ini. Mari kita cintai
dan budayakan Bahasa Indonesia yang baik sebagai bentuk rasa cinta terhadap
negeri ini. Jangan biarkan Bahasa Indonesia hilang dan termakan oleh bahasa
asing.
Hadirin yang saya hormati, sebagai penutup pidato kali ini ada
sebuah pantun singkat berbunyi:
“Yang kurik ialah kendi, yang merah ialah saga”
“Yang baik ialah budi, yang indah ialah bahasa”.
Sekiranya hanya itu yang dapat saya sampaikan, atas perhatian yang
bapak/ibu guru serta rekan-rekan saya ucapkan terimakasih. Bila dalam
penyampaian terdapat tutur kata yang kurang berkenan, saya memohon maaf.
Wabillahi
taufik wal hidayah.
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar