Ayat Kursi yang mulia dan penuh berkah ini terdiri atas sepuluh
penggal kalimat. Di dalamnya terkandung tauhidullah, pengagungan
terhada
p-Nya serta penjelasan akan keesaan-Nya dalam kesempurnaan dan
kebesaran, sehingga akan melahirkan penjagaan dan kecukupan bagi yang
membacanya. Di dalam ayat ini terdapat lima Asma’ul Husna, juga terdapat
lebih dari dua puluh sifat Allah, didahului dengan menyebutkan
kemahaesaan Allah dalam peribadatan dan bathilnya beribadah kepada
selain-Nya, kemudian disebutkan tentang kemahahidupan Allah yang
sempurna yang tidak diiringi dengan kesirnaan.
Disebutkan pula di dalamnya bahwa Allah adalah al-Qayyuum,
yaitu Dia berdiri sendiri, tidak membutuhkan makhluk-Nya dan senantiasa
mengatur seluruh urusan makhluk-Nya. Selain itu, juga tentang
kemahasucian Allah dari segala sifat yang kurang, seperti mengantuk dan
tidur, mengenai luasnya kerajaan-Nya. Bahwasanya semua yang ada di
langit dan bumi adalah hamba-Nya, berada di bawah kekuasaan dan
aturan-Nya. Dia juga menyebutkan bahwa di antara bukti-bukti
keagungan-Nya ialah tidak mungkin bagi seorang pun dari makhluk-Nya
untuk memberi syafaat di sisi-Nya kecuali setelah mendapat izin
dari-Nya.
Di dalamnya terdapat penetapan
sifat ilmu bagi Allah, ilmu-Nya meliputi segala yang diketahui, Dia mengetahui yang telah terjadi, yang akan terjadi dan apa yang belum terjadi, begitu pula jika sesuatu itu terjadi akan seperti apa bentuk dan rupanya. Di dalamnya juga disebutkan tentang kemahabesaran Allah dengan menyebutkan kebesaran makhluk-Nya. Jika Kursi yang merupakan salah satu dari makhluk-Nya meliputi langit dan bumi, maka bagaimana dengan Sang Pencipta yang Mahaagung dan Rabb Yang Mahabesar?
sifat ilmu bagi Allah, ilmu-Nya meliputi segala yang diketahui, Dia mengetahui yang telah terjadi, yang akan terjadi dan apa yang belum terjadi, begitu pula jika sesuatu itu terjadi akan seperti apa bentuk dan rupanya. Di dalamnya juga disebutkan tentang kemahabesaran Allah dengan menyebutkan kebesaran makhluk-Nya. Jika Kursi yang merupakan salah satu dari makhluk-Nya meliputi langit dan bumi, maka bagaimana dengan Sang Pencipta yang Mahaagung dan Rabb Yang Mahabesar?
Di dalamnya juga terdapat penjelasan tentang kesempurnaan
kekuasaan-Nya. Di antara bentuk kesempurnaan kekuasaan-Nya adalah tidak
memberatkan-Nya penjagaan terhadap langit dan bumi. Kemudian ayat ini
ditutup dengan menyebutkan dua nama Allah yang agung, yaitu al-‘Aly dan al-‘Azhiim.
Di dalamnya mengandung penetapan akan kemahatinggian Allah, baik Dzat
dan kekuasaan-Nya, juga penetapan kemahabesaran-Nya, dengan mengimani
bahwa Dia memiliki segala makna kebesaran dan keagungan, tidak ada
seorang pun yang berhak atas pengagungan dan pemuliaan selain Dia.
Inilah kandungan global dari Ayat Kursi. Ayat yang agung ini
mengandung makna-makna agung dan bukti-bukti mendalam serta rambu-rambu
keimanan yang menunjukkan kebesaran dan keagungan-Nya.
Syaikh al-Allamah Abdurrahman bin Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya
berkata, “Ayat yang mulia ini adalah ayat al-Qur’an yang paling agung
dan yang paling utama. Hal ini dikarenakan kandungannya yang memuat
perkara-perkara yang agung dan sifat-sifat yang mulia. Oleh karena itu,
banyak hadits yang menganjurkan untuk membacanya dan menjadikannya sebagai wirid harian
bagi manusia pada waktu-waktu yang dijalaninya, baik pagi maupun
petang, juga ketika menjelang tidur dan setelah menunaikan shalat lima
waktu.
Allah memberitakan tentang diri-Nya yang mulia bahwa Dia ‘Laa ilaaha illa huwa’. Maksudnya tiada ilah (yang berhak diibadahi) selain Dia. Dialah satu-satunya ilah yang berhak diibadahi,
yang mengharuskan tertujunya seluruh bentuk peribadatan, ketaatan dan
penyembahan hanya kepada-Nya. Ini karena kesempurnaan-Nya dan
kesempurnaan sifat-Nya serta karena besarnya nikmat-Nya. Di samping itu,
kewajiban makhluk adalah menjadi hamba-Nya, menerapkan
perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Seluruh sembahan selain Allah adalah bathil, beribadah kepada selain
Dia pun bathil. Ini disebabkan segala sesuatu selain Allah adalah
makhluk yang memiliki sifat-sifat yang kurang, diatur, dan membutuhkan
yang lain dalam segala segi. Maka dari itu, makhluk tidak berhak
sedikitpun untuk diibadahi. Adapun firman-Nya ‘Al-Hayyul Qayyuum’, dua nama mulia ini menunjukkan kepada seluruh asma’ul husna secara muthabaqah (adekusi), tadhammun (inklusi) dan luzum (konsekuensi). Sifat al-Hayyu
Yang Mahahidup menunjukkan kepada Dzat yang memiliki sifat hidup yang
sempurna, yang mencakup semua sifat-sifat Dzat seperti Maha Mendengar,
maha Melihat, Maha Berilmu, Mahakuasa dan semisalnya.
Al-Qayyuum Yang Maha Berdiri sendiri, Dialah yang tegak
dengan kesendirian-Nya dan Yang Menegakkan yang lain. Sifat ini mencakup
seluruh perbuatan yang dikerjakan oleh Rabbul Alamin, seperti istiwaa (bersemayam), nuzul (turun ke langit bumi pada sepertiga malam terakhir*), kalam
(Berfirman), mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan, dan
segala bentuk pengaturan. Semua itu tercakup dalam asma-Nya, al-Qayyuum.
Oleh karena itu sebagian ulama berkata, “Dua nama ini adalah asma Allah
yang paling agung . Jika dipanggil dengan menyebut asma ini, niscaya Dia akan menjawab dan jika meminta dengan menyebut nama-Nya ini, niscaya Dia akan memberi.”
Di antara bentuk kesempurnaan sifat hidup dan berdiri sendiri-Nya ini
ialah Dia tidak tersentuh oleh kantuk dan tidur. Milik-Nyalah segala
yang ada di langit dan di bumi. Dialah yang memiliki, sedangkan
selain-Nya adalah yang dimiliki. Dialah Yang Maha Pencipta, Maha Pemberi
Rizki, Maha Pengatur, sedangkan selain-Nya adalah diciptakan, diberi
rizki dan diatur.
Mereka tidak memiliki sedikit pun, walaupun hanya sebesar dzarrah
(biji sawi), sesuatu yang berada di langit maupun di bumi, baik bagi
diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.
Oleh karena itu, Allah berfirman, “Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya?”
Maksudnya tidak ada seorang pun yang dapat memberikan syafaat di
sisi-Nya tanpa izin dari-Nya. Syafaat itu seluruhnya hanya milik Allah
semata. Akan tetapi, jika Allah berkehendak untuk merahmati siapa pun
yang dikehendaki-Nya, Dia akan mengizinkan kepada salah seorang yang
dimuliakan-Nya untuk memberikan syafaat kepadanya. Seorang pemberi
syafaat tidak akan berani memulai memberi syafaat tanpa izin dari-Nya.
Kemudian Allah berfirman, “Dia Maha Mengetahui apa yang berada di hadapan mereka,” yaitu segala sesuatu yang telah berlalu, “dan apa yang berada di belakang mereka,”
yaitu apa yang akan terjadi. Ilmu Allah meliputi segala perkara secara
rinci, yang permulaan dan yang paling akhir, yang tampak dan yang
tersembunyi, yang ghaib maupun yang nyata. Adapun hamba, mereka tidak
memiliki hak sedikitpun untuk mengurus hal ini dan tidak memiliki ilmu
sedikitpun, kecuali apa yang telah Allah ajarkan kepada mereka.
Oleh karena itu Allah berfirman, “…dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi…” Ini menunjukkan kesempurnaan keagungan-Nya
dan luasnya kekuasaan-Nya. Kursi-Nya saja sedemikian besar yaitu
meliputi langit dan bumi, sementara keduanya ini sangat besar dan sangat
banyak pula penghuni keduanya. Kursi bukanlah makhluk Allah yang
terbesar, bahkan masih ada lagi yang lebih besar darinya, yaitu ‘Arsy
dan juga yang lainnya yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah.
Kebesaran makhluk-makhluk tersebut membuat akal pikiran menjadi bingung
dan tiap-tiap pandangan menjadi tumpul, gunung-gunung bergerak, dan
orang-orang pandai terangguk-angguk.
Bagaimana jika dihadapkan dengan penciptanya? Yang menyertakan pada
penciptaannya hikmah dan rahasia yang dikehendaki-Nya. Yang menahan
langit dan bumi agar tidak bergerak dengan tanpa merasa lelah dan letih.
Oleh karena itu Dia berfirman, “…dan Dia tidak merasa berat dalam menjaga keduanya, dan Dia Mahatinggi…”
dengan Dzat-Nya Dia bersemayam di atas ‘Arsy, yang Mahatinggi dengan
kekuasaan-Nya terhadap seluruh makhluk, Yang Mahatinggi dengan
kekuasaan-Nya karena kesempurnaan sifat-Nya. Mahabesar sehingga menjadi
kecil dan remeh kedaulatan para diktator jika dihadapkan dengan
kebesaran kekuasaan-Nya, kesombongan raja-raja yang congkak menjadi
kecil di samping keagungan-Nya. Mahasuci Dzat yang memiliki kebesaran
yang Agung nan tiada tara, Yang menundukkan dan menguasai segala
sesuatu.” [Tafsir as-Sa’di hal. 110]
***
Disusun ulang dan diringkas dari Keagungan Nilai-Nilai Tauhid dalam
Ayat Kursi Bab Kandungan Ayat Kursi, karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul
Muhsin al-Abbad al-Badr penerbit Pustaka Imam asy-Syafi’I 2007
*Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda: “Rabb kita
turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam
terakhir. Dia berfirman: Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku
kabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku berikan, dan siapa
yang yang memohon ampun kepadaKu, maka akan Aku ampuni.” [HR. Bukhari: 1145 dan Muslim: 758]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar