Kamis, 15 Oktober 2015

Pidato Bahasa Cermin Bangsa



Naskah lomba pidato persiapan POPDA Seni 2016 tingkat Kecamatan
SD Negeri Gandrungmangu 05
Oleh: Tri Utami
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Yang terhormat segenap dewan juri, yang saya hormati bapak dan ibu guru, serta rekan-rekanku yang berbahagia.
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang tak henti-hentinya memberikan hidayah dan kenikmatan sehingga kita dapat berkumpul pada kesempatan kali ini dalam keadaan sehat dan tak kurang suatu apapun.
Sholawat serta salam tak lupa kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita keluar dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang ini.
Hadirin yang berbahagia, pada kesempatan kali ini izinkanlah saya untuk menyampaikan pidato yang berjudul “Bahasaku Cermin Bangsaku”. Rekan-rekan siapa yang tau makna bahasa? Bahasa merupakan alat komunikasi masyarakat yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Setiap kelompok masyarakat memiliki bahasa sebagai identitasnya, termasuk suku bangsa dan suatu negara. Suku Jawa memiliki Bahasa Jawa, Suku Sunda memiliki Bahasa Sunda, Negara Inggris memiliki Bahasa Inggris dan tentunya Negara Indonesia memiliki Bahasa Indonesia.
Hadirin yang saya hormati, ingatkah mengenai sebuah peristiwa sejarah yang terjadi di Bulan Oktober 1928? Sebuah peristiwa yang terjadi 87 tahun lalu telah menghantarkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa ini, peristiwa ini bernama Sumpah Pemuda. Janji bangsa Indonesia yang tercermin dalam sumpah pemuda poin ke-3 untuk “Menjunjung tinggi bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Sejak saat itulah Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Nasional yang berlaku di seluruh penjuru bangsa dari Sabang sampai Merauke. 
Hadirin yang berbahagia, pepatah megatakan “Bahasa adalah Cermin Bangsa”. Secara sepintas, peribahasa ini terlihat sangat sederhana dan terdengar biasa saja. Namun, apa makna yang sebenarnya tersirat dalam peribahasa tersebut? Kita umpamakan mengambil sebuah cermin untuk berkaca, apa yang terlihat pada cermin tersebut? Diri kita sendiri, wajah yang cantik, wajah yang ganteng, badan yang tinggi, badan yang gemuk, rambut yang panjang dan sebagainya. Lalu bagaimana sebuah bahasa dapat bercermin? Cermin apakah yang digunakan? Sekalipun kita mencari ke negeri seberang tak akan pernah kita bawa cermin itu pulang, karena ia ada pada diri dan bangsa sendiri kita. Jadi secara singkat dapat kita artikan bahwa cara masyarakat menggunakan bahasa  dapat menunjukkan jati diri, pola pikir, kebiasaan, sifat khusus, dan kecerdasan seseorang. Kalimat tersebut didukung oleh pernyataan Covey, seorang pakar psikologi yang menyatakan bahwa suatu ucapan yang merupakan hasil bekerjanya lidah dan bibir dapat terlahir sebagai hasil dari proses berfikir seseorang.
Hadirin yang berbahagia, perlu kita ketahui bahwa di zaman sekarang ini terjadi krisis bahasa di Negara Indonesia. Menurut rekan-rekan apa yang menyebabkan terjadinya krisis bahasa tersebut? Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya krisis bahasa di negara kita antara lain karena adanya pengaruh globalisasi. Di tengah era globalisasi, eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa tanah air perlahan-lahan mulai terancam. Misalnya adanya penggunaan bahasa asing yang dicampur-adukan dengan bahasa Indonesia, seperti “maaf yaa just kidding”, “hai temanku how are you”. Selain penggunaan bahasa asing, ada juga bahasa gaul yang mulai masuk ke pedesaan. Misalnya penggunaan kata “gue” sebagai pengganti saya dan “loe” sebagai pengganti kamu. Contohnya, “eh loe udah makan belum?”, “masa bodoh, gue kagak mikirin”.
Hadirin yang berbahagia, kembali pada pepatah bahasa cermin bangsa dapat kita simpulkan  betapa pentingnya peran Bahasa Indonesia dalam menunjukkan jati diri bangsa ini. Mari kita cintai dan budayakan Bahasa Indonesia yang baik sebagai bentuk rasa cinta terhadap negeri ini. Jangan biarkan Bahasa Indonesia hilang dan termakan oleh bahasa asing.
Hadirin yang saya hormati, sebagai penutup pidato kali ini ada sebuah pantun singkat berbunyi:
“Yang kurik ialah kendi, yang merah ialah saga”
“Yang baik ialah budi, yang indah ialah bahasa”.
Sekiranya hanya itu yang dapat saya sampaikan, atas perhatian yang bapak/ibu guru serta rekan-rekan saya ucapkan terimakasih. Bila dalam penyampaian terdapat tutur kata yang kurang berkenan, saya memohon maaf.
Wabillahi taufik wal hidayah.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar